Tuesday, October 18, 2005

Buat Sahabatku

BUAT SAHABATKU........

Sahabat, hari baru menjelang larut. mungkin kau sudah memadamkan lampu dan tertidur pulas...tapi aku masih mencoba mencari kata-kata yang sudi untuk mewakili ungkapkan kegelisahanku...pelupuk mataku tak berhasil menemukan cara untuk tidur. Aku gundah teramat dalam.

Ada perasaan yang mengganjal, mencari telinga yang sudi mendengar. Namun, entah harus berawal dari kata jenis apa untuk memulai. Pun begitu, Aku coba ajukan satu pertanyaan. Apa sebetulnya rencana Tuhan untukku, kamu? Kita?

Jujur saja, agak cemas--sekaligus mungkin malu, kututurkan gelisah ini. Cemas dan malu, keduanya beranjak dari sesuatu yang monolit.
Bahwa, mungkin bincang-bincang ini jadi tak sederhana--atau sebaliknya, terlalu naif. Malu, barangkali diakibatkan oleh rendah diri yang kronis. Sementara cemas, bisa jadi karena khawatir, kalau-kalau tanya ini justru menikam nyenyak tidurmu malam ini. Gundah. Ku tak mau itu menghantuimu, meskipun semata-mata dalam mimpi. Akupun tak yakin,mungkin karena semua itulah aku memilih diam.

Tapi, ijinkan aku lanjutkan. Sedikit saja, Sampai detik aku menuliskan surat ini, aku masih bertanya, Apa sebetulnya rencana Tuhan untukku,kamu? Kita?

Sahabat, Apakah kau cemas? Kalau pertanyaan itu kau balikkan padaku, akan kubilang, "Ya!" Sahabat, risau itu sejak lama membalut. Namun, Kecemasan itu sempat lenyap, Ketika kecemasan itu lenyap, ah..entahlah, Aku pun kurang yakin, lenyap kah atau hanya bersembunyi, namun setelah itu,pertanyaanku menjadi semakin pendek, Apa sebetulnya rencana Tuhan untukku? Tidak ada lagi pertanyaan tentang kamu atau kita.

Cukup lama pertanyaan itu lenyap, dan aku tak pernah bertanya kemana lenyapnya, sampai kemudian tiba-tiba dia kembali menampakkan dirinya, dan pertanyaan itu pun muncul kembali,lebih tegas bahkan. Apa sebetulnya rencana Tuhan untukKU, KAMU? KITA? tapi kali ini entah kenapa hatiku menyarankan tuk menunggu jawaban Tuhan, sampai akhir Ramadhan katanya.

Sahabat,Hari beranjak semakin larut. Bila kau sempat membaca surat ini,mungkin kau kecewa. Bila ada kecewa, maafkan aku. Tapi, mengapa ada setitik air di sudut mata indah itu? Jangan sedih. Tegarkan aku sahabat, karena, aku akan bisa tegar dalam cengkraman dan gandengan tangan yang kuat . Aku tetap sahabatmu, dan kamu sahabatku. Someone who really loves you, never leaves you. Kalimat terakhir itu, aku kutip dari novel Harry Potter. Diucapkan Sirius Black yang melarikan diri dari Azbakan demi membongkar muslihat kematian ayah Harry Potter. Expecto Patronum! Ridicculus! Reducto!

Ada benarnya juga si penyihir itu.

Dan kau, Sahabatku?

Ah, sudahlah. Selamat tidur....


Gombak Kuala-Lumpur, Malam Gerhana Bulan (14 Ramadhan 1425H),
Sahabatmu